PEMBAHASAN
A.
Pengertian seni
Siapapun
mempunyai sensibilitas keharuan dan siapapun memiliki getar hati yang dapat
diiring dengan genangan dan linangan air mata keharuan yang merupakan puncak
kebahagian dalam bentuk immaterial. Peristiwa keharuan ini bukan murni wilayah
intelektualitas dan moralitas namun memiliki wilayah otoritas tersendiri yang
disepakati sebagai menifestasi batin yang sekarang disebut seni. Katakanlah
orang – orang yang tinggal di daerah – daerah pedesaan bahkan yang terisolir
dari informasi sekalipun, mereka pasti juga tetap memiliki jiwa seni ketika
berinteraksi dengan objek diluar dirinya.
Dalam kehudupan
sehari – hari, disadari atau tidak kita tidak dapat lepas dari seni. Konsep
seni ini melekat pada diri manusia dan seluruh aspek kehidupan manusia.
Karenanya gerak seni selalu dinamis dan perkembang manusia dan zaman, sehingga
tak heran jika ada banyak sekali pengertian tentang seni diantaranya adalah :
1. Schopenhauer
Seni
adalah usaha untuk menciptakan bentuk – bentuk yang menyenangkan.
2. Sudarmadji
Seni
adalah manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media garis,
bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
3. Ensiklopedia
Indonesia
Seni
adalah penciptaan segala hal atau benda yang kerena keindahannya orang senang
melihatya, mendengarkan atau menikmatinya.
4. Ki
Hajar Dewantara
Seni
adalah segala bentuk perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan
bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia.
5. Suwaji
Bastomi
Seni
adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang dinyatakan dalam bentuk
agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru.
6. Wiyoso
Yudoseputro
Seni
adalah manifestasi artistic hidup manusia dengan lingkunganya.
B.
Fungsi Seni
Manusia dalam
hidupnya senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan ini
tentu saja berbeda – beda baik kualitas maupun kuantitasnya berdasarkan
pengalaman hidup dan perhatian yang berbeda. Baik manusia sebagai makhluk
pribadi atau manusia sebagai bagian dari masyarakat luas. Dari sedemikian
banyak kehidupan tersebut salah satu kebutuhan yang selalu melekat dalam kehidupan
sehari – hari adalah seni.
Dalam kehidupan
manusia, seni memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Seni
untuk memenuhi kebutuhan individu
·
Kebutuhan fisik
Sejarah
membuktikan bahwa perkembangan seni selalu seiring dengan peradaban manusia.
Sejak dulu perabot rumah tangga atau benda – benda yang diciptakan dengan
mempertimbangkan nilai seni. Misalnya, perkembangan model kursi dari zaman
romawi, dinasti cina, sampai gaya kontemporer. Atau perkembangan alat
transoprtasi dari sepeda, sampai saat ini pesawat ulang alik. Yang kesemuanya
dibuat untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia dengan memperhatikan segi
keindahan.
·
Kebutuhan emosional
Manusia
juga mempunyai kebutuhan emosional yang harus dipenuhi. Emosi seseorang muncul
karena adanya hubungan atau interaksi dengan orang lain atau sesuatu hal yang
akhirnya menimbulkan perasaan sedih, susah, gembira, dan sebagainya. Melalui
seni seseorang dapat mengungkapkan perasaan dan penyalur daya imajinasinya atau
menikmati seni tersebut untuk menghibur hatinya. Untuk itulah orang seringkali
melukis, membuat puisi, mendengar lagu, atau menonton, semuanya sebagai
aspirasi seni.
Seni
tidak hanya semata – mata dikuasai oleh seniman saja, tetapi setiap individu
memiliki bakat dan naluri atau jiwa seni ini bersifat alamiah. Seniman dan
masyarakat harus berinteraksi dalam membicarakan dan mengapresiasikan masalaah
masaalah kesehariannya dalam ruang lingkup seni. Masyarakat diharapkan dapat berbicara
dan memberikan masukan kepada seniman karena seniman dalam mencipta sebuah
karya disamping untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pada akhirnya
suatu karya seni yang dihasilkan dapat lebih baik.
2.
Seni untuk memenuhi kebutuhan sosial.
·
Fungsi sosial seni dibidang agama
Pada
bidang agama seni memiliki fungsi sosial terutama yang berkaitan dengan tempat
peribadatan. Faktor artistic pada tempat – tempat peribadatan sangat
diperlukan, salah satunya untuk member suasana sejuk, damai, indah, berwibawa,
agung suci agar dapat membuat umat agama lebih betah untuk beribadah.
·
Fungsi sosial seni dibidang pendidikan
Setiap
bangsa selalu mengharapkan masyarakatnya mempunyai budi pekerti yang luhur. Salah
satu cara pencapaiannya adalah melalui pendidikan seni baik secara formal
ataupun nonformal, oleh karena itu pendidikan seni dapat menimbulkan pengalaman
estetika bahkan pengalaman etika bagi setiap orang. Penglaman ini sangat
penting sebab diharapkan dapat memberikan fungsi sosial bagi setiap orang
manakala nilai tersebut diaktualisasikan ditengah masyarkat.
·
Fungsi sosial seni dibidang komunikasi
Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan
masnusia lain menggunkan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif,
mudah dan cepat untuk dimengerti. Namun begitu bahasa memiliki keterbatasan
karena tidaklah mungkin semua orang menghafalkan semua bahasa yanga ada. Oleh
sebab itulah dibutuhkan bahasa yang universal; bahasa yang dapat dimengerti
oleh semua orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut,
misalnya Affandi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh
pelosok dunia melalui lukisannya, Shakespeare dapat
berkomuniikasi dengan puisi-puisinya dsb. Tampaknya seni menjadi efektif
membantu orang untuk berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasan
bahasa verbal maupun perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni
manusia dapat berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya serta melalui seni
kita dapat mengenal budaya bangsa lain.
·
Fungsi
sosial seni dibidang rekreasi
Kejenuhan sesorang karena aktivitasnya sehari-hari
membuat sesorang membutuhkan penyegaran diri misalnya diwaktu hari libur mengunjungi
tepat-tempat rekreasi obyek wisata (rekreasi alam).Seni juga dapat dijadikan
sebagai benda rekreasi misalnya seni teater, pagelaran musik, pameran lukisan,
pameran bonsai. Seni sebagai benda rekreasi adalah seni yang mampu menciptakan
suatu kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan dari kondisi
yang telah ada. Di era globaliasai ini kehadiran seni menadapatkan perhatian
yang sangat serius dari banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai
ekonomi/ bisnis )
C.
Filosopi seni dan keindahan
Keindahan
mengisi beragam dunia dari mikrokosmos sampai pada makrokosmos. Tema kosmo
mengandung pengertian tertib sebagai lawan kata chaos “R.E.Berennan menyatakan
bahawa seni keindahan itu berada pada ketertibannya, pada pesona susunan dari
seluruh bagiannya, dan pada sifat kegenapannya. Keindahan itu berada pada
deburan ombak yang memecah, berada pada gemericik air yang mengalir, berada
pada kelap kelipnya bintang dan contoh –
contoh lain tidak terhingga banyaknya. , Sejumlah contoh keindahan di dalam
alam dan budaya keidupan dan penghidupan masyarakat itu membekas dalam diri –
diri seniman. Timbullah poses peniruan alam dalam dirinya dan dalam rangka
berkomunikasi dengan sesamanya maka terciptalah seni lukis, seni pahat, seni
sastra, seni music dan sejumlah seni lainnya. Setiap seni menyampaikan pesan
dengan masing – masing cara sesuai
dengan karakteristiknya. Ada penikmat
yang dapat membaca pesan itu, ada yang belum, tergantung pada kepekaan seni dan
keindahan dalam dirinya. Keindahan dapat mengundang keharuan betapa tidak
setiap yang indah memiliki ketertiban, setiap yang tertib penuh dengan
informasi, sesuatu yang penuh dengan informasi memiliki spektum yang luas
berkomunikasi dengan ciri – ciri manusia sensibilitasnya. Dalam ciri – ciri
manusia telah terakumulasi sejumlah memori dari yang manis sampai yang pahit,
memuaskan sampai mengecewakan, menyelamatkan sampai mencelakakan dan space –
space lainnya berdasarkan spectrum pengalaman hidupnya.
selain memori –
memori dalam diri manusia tersimpan pula angan – angan yang dari subjek
penikmat seni, maka gejala penyesuaian itu membangkitkan resonansi dalam diri –
diri manusia. Gejala resonansi ini ternbangkit karena frekuensi getar dari
objek seni yang persis sama, maka melalui empati dan simpati, dapat saja
siapapun yang mendengarkan cerita bersambung dari radio, atau melihat sinetron
dari TV, atau menghayati cerita sinrilik, atau pakkacaping yang memaparkan
tokoh datu museng dan maipah akan trenyuh sambil meneteskan air mata. Akan
tetapi keindahan bagi masing – masing orang terkadang apresiasinya tergantung
dari pribadi yang bersangkutan sebab sesuatu dapat dikatakan indah namun orang
lain mengangappnya tidak indah, demikian pula sebaliknya. Misalnya orang yang
melukis melalui bahan yang dimuntahkannya dan ini jarang orang yang dapat
melakukannya pada kondisi ini orang dapat bertanya dimana nilai seninya?. Bagi
yang memuat karya lukisan ini terlepas dari bahan dasar yang dipakainnya
melukis, menurutnya hasil karyanya indah bahkan unik namun bagi orang lain
mungkin malah menjijikkan sehingga untuk melihat saja tidak mau apalagi
menikmati seninya.
D.
Apresiasi seni dan keindahan
Pengertian apresiasi.
Apresiasi asal
kata dari bahasa inggris, “apretiation”yaitu suatu kegiatan untuk melihat,
menonton, menikmati, menilai, dan menghargai suatu karya seni. Apresiasi dapat
dilakukan oleh siapa saja, dan pada berbagai cabang seni. Penghargaan, dan
penilaian dalam apresiasi tergantung tingkat pemahaman masing-masing individu,
misal: untuk dapat menikmati lukisan abstrak seseorang perlu memiliki
pengalaman seni lukis abstrak, sehingga simbol-simbol yang diungkapkan melalui
media karya seni abstrak dapat dinikmati. Bagi seseorang yang tidak memiliki
pengalaman seni abstrak tak akan mampu menikmati keindahan yang terkandung
dalam seni lukis abstrak.
Kegiatan
apresiasi perlu dilakukan oleh seorang seniman, hal itu berguna menambah
pengalaman estetis sebagai bekal mencipta suatu karya seni. Makin banyak
menikmati suatu karya seni memperbanyak wawasan seni seseorang. Apresiasi seni
akan memunculkan ide atau gagasan untuk mencipta suatu karya seni, sehingga
kegiatan apresiasi ini dikelompokkan aprsiasi kratif. Ide atau gagasan yang
dimunculkan oleh seorang seniman sangat dipengaruhi pengalaman dalam
berapresiasi, meskipun pengalaman itu tidak dominan. Penciptaan suatu karya
seni banyak dipengaruhi berbagai faktor.
Pentingnya
apresiasi seni dalam penciptaan suatu karya, maka seorang seniman diharapkan
memiliki kesadaran melihat, menonton, menikmati setiap ada pertunjukkan,
pameran, terhadap karya seni. Hal tersebut untuk memperbanyak ide atau gagasan
untuk berkarya seni yang memiliki kualitas tinggi.
Apresiasi Kreatif
Kegiatan
apresiasi akan menambah pengalaman estetis seseorang, sudah barang tentu
pengalaman estetis yang diperoleh akan mempengaruhi perasaan estetis.
Pengalaman estetis yang dimaksutkan misal: menonton berbagai paduan warna dalam
seni lukis akan mempengaruhi kegiatan seseorang yang berkaitan denganpaduan
warna. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, apresiasi kreatif adalah
suatu kegiatan apresiasi terhadap suatu karya seni, dapat memunculakan berbagai
ide/gagasan untuk berkarya seni.
Seberapa besar
pengaruh apresiasi terhadap penciptaan suatu karya seni tidak dapat diukur
secara konkrit, karena keindahan seni sifatnya subyektif. Oleh karenanya
masing-masing individu berbeda-beda penilaian dan pengaruhnya dalam aktivitas
seni lainnya. Pengalaman estetis diperoleh melalui kegiatan apresiasi maupun
kegiatan berkarya seni.
E. Kesadaran berkesenian dan management seni
Dalam berbagai perhelatan berkesenian apapun bentuknya
baik seni rupa, seni suara, seni tari, teater, tradisi, seni musik dan lain
sebagainya di daerah Sumbar pada tahun-tahun terakhir ini telah mampu
memperlihatkan geliatnya. Pasalnya para penggiat seni banyak berusaha mengusung
konteks keseniannya masing-masing dengan intens, namun masih menganut pola
berjalan sendiri-sendiri atau bersifat intern kelompok/komunitas seni
mereka saja. Artinya yang dilakukan seniman-seniman tersebut baru berada pada
tahap presentasi (penampilan) bukan untuk sebuah bargaining position (posisi
tawar) pada tahap sosiokultural secara wajar dan dinamis, termasuk sisi kesejahteraan
seniman dalam materi sebagai umpan balik dari kegiatan itu.
Bila dikaji
lebih jauh permasalahan ini menandakan bahwa jalannya berkesenian di daerah ini
masih sangat jauh dari manajemen seni yang benar-benar mencitrakan integritas
profesionalitas seniman. Hampir-hampir di banyak kesempatan pengelolaan even
berkesenian dipegang atau dijalani sendiri oleh kelompok/komunitas seni yang
bersangkutan. Kadang kala dari hal demikian sering terjadi kesemrautan dalam
pengelolaannya yang akhirnya menyebabkan terjadi pemiskinan terhadap kiprah
seniman yang bersangkutan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga masyarakat
memandang seni dan seniman bersangkutan seperti angin lalu saja atau tidak
bermutu.
Bukan hanya itu
saja, masalah lainpun menerpa alam berkesenian Sumbar yang tak kalah ruwetnya
adalah ketergantungan dan keterbatasan seniman di segala aspek baik finansial,
kompetensi, eksistensi, dll. Hal ini bukan saja menjadikan seniman sangat
terbatas ruang geraknya tapi banyak sedikitnya turut mempengaruhi independensi
seniman dan maju-mundurnya seni itu di masyarakat.
Karena dalam
setiap pemunculan karya-karya seni seniman, banyak yang hanya menunggu even
dari donasi pemerintah lewat Taman Budaya, kampus seni, even dari fihak swasta
yang bersifat non profit/hibah, dan undangan-undangan dari pihak-pihak yang
berminat terhadap mereka (mengisi acara tertentu), dan lain sebagainya. Sangat
jarang kita melihat dilapangan seniman betul-betul independen menunjukan
eksistensi dirinya, dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Artinya seniman
yang bersangkutan memperlihatkan profesionalitasnya sebagai bagian dari
dinamika seni secara luas (makro) dalam kehidupannya. Tanpa adanya dukungan
manapun ia tetap eksis dan konsisten berkarya dan mempromosikan dirinya.
Konsekuensi ini merupakan cerminan sebuah sikap profesionalitas yang
benar-benar terlahir dari jiwa yang paling dalam sebagai seniman.
Maksudnya
adalah seniman bergerak dalam berkesenian memiliki sebuah pola manajemen seni
yang mampu berperan strategis dan dinamis menjawab semua tantangan dan segala
kemungkinan terhadap usaha mempertahankan eksistensi diri dan kesinambungan
berkarya. Untuk mewujudkan hal itu, maka seniman mesti bersinerji dengan
berbagai fihak yang mau dan mampu memperjuangkan atau membangun seni untuk
kemajuan bersama lewat kerja sama saling menguntungkan satu sama lain dengan
memperhatikan aspek-aspek yang berlaku sesuai peran masing-masing.
Manajemen seni
yang profesional dengan aplikasi yang tepat tentu akan berfungsi mengatur lalu
lintas berkesenian dengan baik, terarah, dan profesional. Akibatnya posisi seni
dan seniman dengan sendirinya akan terdongkrak ketingkat terhormat dan penting
baik ditingkat wacana maupun sosiokultural.
Tanpa manajemen
seni yang profesional akan menyebabkan dinamika seni tersebut berjalan ditempat
atau mandul dalam pergerakannya dan sulit mensejahterakan seniman-seniman
secara materi. Konsekuensi ini akan sangat mempengaruhi arus perubahan dinamika
berkesenian dari waktu ke waktu. Karena seniman dalam berkesenian lebih banyak
berkutat pada rasionalitas dirinya sendiri yang sangat membelenggu gerak
langkah mereka, seperti bagaimana berkarya, mempromosikannya, bagaimana karya
tersebut dapat menghidupi mereka dan lain sebagainya.
Kenapa bisa
demikian?. Pertanyaan ini pantas kita ajukan agar bisa dicarikan solusi yang
terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui
kebanyakan seniman daerah Sumbar terlahir bukan dari sebuah pilihan profesi.
Maksudnya adalah seniman-seniman di Sumbar belum sepenuhnya menjadikan
berkesenian sebagai profesi (pekerjaan) yang memberikan kehidupan seperti
lazimnya seniman-seniman luar negeri atau di daerah Jawa yang mampu mencerahkan
kehidupan mereka seutuhnya.
Walaupun hal
itu membungkus kesenian daerah ini, tapi sisi positif yang dapat dicermati
dalam pergerakannya banyak seniman yang bersungguh-sungguh memperjuangkan
seninya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri dan kehidupan mereka. Hal
ini banyak dibuktikan dengan secara berkala seniman-seniman itu mempromosikan
diri dan karya-karyanya dengan berani serta percaya diri seperti lazimnya yang
terjadi di daerah lain. Biar belum bisa dijadikan sebagai sandaran hidup,
mereka tetap berkarya dan tampil dimana-mana sebagai bentuk aktualisasi mereka
sebagai seniman.
Realitas yang
unik ini sudah sangat biasa terlihat di ranah berkesenian Sumbar. Seniman
Sumbar dilapangan betul-betul teruji dan mumpuni menerobos segala rintangan
serta hambatan yang membatasi dinamika mereka dalam berkesenian, walaupun belum
dikelola dengan manajemen seni yang baik.
Gejala lain
yang terkadang menjebak seniman dalam sosialisasi ditengah-tengah masyarakat
adalah banyak seniman yang beranggapan bahwa diri dan seninyalah yang lebih
baik dari yang lain (egoistis yang tidak dikelola dengan baik), terkadang
mereka turut menjaga jarak dengan masyarakat dengan anggapan bahwa mereka
merupakan makhluk ekslusif.
Padahal dalam
berkesenian apapun bentuk seninya seseorang semua sama saja tanpa ada pembedaan
satu sama lain dan keberadaan mereka tanpa dukungan dari masyarakat tidak ada
artinya sama sekali. Dan kadang dalam alam berkesenian dan kehidupan semua seni
bisa saja tergabung menjadi satu atau berkolaborasi yang mana satu sama lain
saling memperkuat integritas masing-masing.
Untuk
menjadikan seni Sumbar maju dan berjaya tentu semua hal-hal yang bertentangan
dengan usaha itu harus diperbaiki secara mendasar (secara keseluruhan) seperti;
perilaku seniman, manajemen seni yang mengatur seluruh kegiatan seniman,
komponen-komponen seni yang ada sebagai sinerji antara seniman dengan
masyarakat, dan cara berfikir atau sudut pandang masyarakat terhadap seni itu
sendiri (apresiasi, wacana dan skeptisme terhadap seni). Sebab tanpa adanya
sebuah upaya yang nyata mengarah kesana dipastikan seni Sumbar akan tetap
dipandang seperti yang sudah-sudah yakni biasa-biasa saja atau malah keberadaannya
tidak penting sama sekali.
Seni, seniman
dan masyarakat adalah jalinan yang utuh mendudukan seni sebagai sebuah cerminan
peradaban bersama yang dipandang tinggi dan bernilai. Dengan manajemen seni
yang bagus harapan seni menjadi sebuah cerminan peradaban yang menentukan
perubahan sosial dan budaya dapat terwujud sebagaimana yang kita harapan
bersama.
Dalam manajemen
seni terangkum segala konsekuensi arah dan tujuan serta tanggungjawab integral
dari seluruh unsur-unsur seni (seniman, pengelola, pengamat, dll) yang ada
sesuai kapasitas masing-masing. Artinya semua unsur tadi dapat berjalan
bersinerji sesuai dengan kompetensi dan integritas masing-masing tanpa harus
menguasai satu sama lain atau tidak saling merugikan. Pengaturan lewat
manajemen seni akan merekat keutuhan berkesenian dengan kuat, baik dan
profesional.
Manajemen seni
merupakan sebuah tata nilai yang menjadi payung seniman dalam kiprah-kiprahnya.
Dengan melibatkan manajemen seni dalam berkesenian diharapkan jalan berkesenian
dapat berjalan harmonis, positif dan dinamis. Karena manajemen seni telah
mengatur dan meng-update semua permasalahan berkesenian mulai dari hulu
hingga hilir termasuk masalah kesejateraan seniman.
namanya
manajemen seni ini. Banyak diantara kita yang mengabaikan tentang manajemen
seni dalam beraktivitas berkesenian baik individu maupun kelompok atau
komunitas. Dan diperparah lagi ketiadaan arah yang jelas dari jalannya
berkesenian secara makro (menyeluruh) yang mana terkesan seni dan berkesenian
hanya milik pribadi, kelompok, atau daerah tertentu (Kab/Kota) saja. Sehingga
seni itu hanya berkembang diseputar lingkungan dimana ia tumbuh saja dan
seniman penggeraknya dalam berkesenian hanya menjalankan hobi atau kesenangan
semata bukan sebuah kerja profesi.
Pemikiran inilah
yang menyebabkan kehidupan berkesenian di Sumbar memperlihatkan sulit mencapai
kemajuan maksimal diseluruh aspek. Artinya seni hanya menjadi suguhan yang
tidak membawa arti dan perubahan apa-apa kepada masyarakat, apalagi mendudukan
seni sebagai sebuah profesi yang bergengsi tentu akan sangat jauh dari harapan.
Hal ini senada
dengan pendapat kepala Taman Budaya Sumbar Asnam Rasyid dalam penyelenggaran
workshop manajemen seni pertunjukan di Taman Budaya tanggal 24-26 Maret
baru-baru ini, “Bahwa komunitas-komunitas seni (25 komunitas seni Kota/Kab yang
diundang) di Sumbar banyak yang tidak dikelola dengan manajemen seni dalam
kiprah-kiprahnya.
Apa yang
menyebabkan ketiadaan manajemen di dunia seni Sumbar, apakah kesenian masih
belum menjanjikan secara finansial atau memang betul-betul belum sampai
pemikiran untuk kesana, dikarenakan SDM yang tidak ada dan sangat jauhnya
kontribusi pihak-pihak yang menggarap kesenian sebagai aset komersial. Atau
memang seniman-seniman itu sendiri dan komponen-komponen yang bertanggungjawab
terhadap itu sengaja menggabaikan atau tidak peduli sama sekali.
Nah, ini perlu
kita pikirkan bersama bagaimana ke depannya manajemen seni mampu berperan
sebagai pegangan/pedoman yang memayungi seniman dan karyanya secara
profesional. Selain itu bagaimana menjadikan seni tersebut bagian terpenting
dalam realitas sosiokultural yang sekaligus dapat dianggap sebagai profesi yang
bergengsi. Dan harapannya akan membawa perubahan yang signifikan pada dinamika
seni Sumbar yang mulai dilirik sebagai pusat baru seni Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar