Kamis, 12 April 2012

KAJIAN SENI


PEMBAHASAN
A.   Pengertian seni
Siapapun mempunyai sensibilitas keharuan dan siapapun memiliki getar hati yang dapat diiring dengan genangan dan linangan air mata keharuan yang merupakan puncak kebahagian dalam bentuk immaterial. Peristiwa keharuan ini bukan murni wilayah intelektualitas dan moralitas namun memiliki wilayah otoritas tersendiri yang disepakati sebagai menifestasi batin yang sekarang disebut seni. Katakanlah orang – orang yang tinggal di daerah – daerah pedesaan bahkan yang terisolir dari informasi sekalipun, mereka pasti juga tetap memiliki jiwa seni ketika berinteraksi dengan objek diluar dirinya.
Dalam kehudupan sehari – hari, disadari atau tidak kita tidak dapat lepas dari seni. Konsep seni ini melekat pada diri manusia dan seluruh aspek kehidupan manusia. Karenanya gerak seni selalu dinamis dan perkembang manusia dan zaman, sehingga tak heran jika ada banyak sekali pengertian tentang seni diantaranya adalah :
1.      Schopenhauer
Seni adalah usaha untuk menciptakan bentuk – bentuk yang menyenangkan.
2.      Sudarmadji
Seni adalah manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
3.      Ensiklopedia Indonesia
Seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang kerena keindahannya orang senang melihatya, mendengarkan atau menikmatinya.
4.      Ki Hajar Dewantara
Seni adalah segala bentuk perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia.
5.      Suwaji Bastomi
Seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang dinyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru.
6.      Wiyoso Yudoseputro
Seni adalah manifestasi artistic hidup manusia dengan lingkunganya.

B.   Fungsi Seni
Manusia dalam hidupnya senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan ini tentu saja berbeda – beda baik kualitas maupun kuantitasnya berdasarkan pengalaman hidup dan perhatian yang berbeda. Baik manusia sebagai makhluk pribadi atau manusia sebagai bagian dari masyarakat luas. Dari sedemikian banyak kehidupan tersebut salah satu kebutuhan yang selalu melekat dalam kehidupan sehari – hari adalah seni.
Dalam kehidupan manusia, seni memiliki fungsi sebagai berikut :
1.      Seni untuk memenuhi kebutuhan individu
·         Kebutuhan fisik
Sejarah membuktikan bahwa perkembangan seni selalu seiring dengan peradaban manusia. Sejak dulu perabot rumah tangga atau benda – benda yang diciptakan dengan mempertimbangkan nilai seni. Misalnya, perkembangan model kursi dari zaman romawi, dinasti cina, sampai gaya kontemporer. Atau perkembangan alat transoprtasi dari sepeda, sampai saat ini pesawat ulang alik. Yang kesemuanya dibuat untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia dengan memperhatikan segi keindahan.
·         Kebutuhan emosional
Manusia juga mempunyai kebutuhan emosional yang harus dipenuhi. Emosi seseorang muncul karena adanya hubungan atau interaksi dengan orang lain atau sesuatu hal yang akhirnya menimbulkan perasaan sedih, susah, gembira, dan sebagainya. Melalui seni seseorang dapat mengungkapkan perasaan dan penyalur daya imajinasinya atau menikmati seni tersebut untuk menghibur hatinya. Untuk itulah orang seringkali melukis, membuat puisi, mendengar lagu, atau menonton, semuanya sebagai aspirasi seni.
Seni tidak hanya semata – mata dikuasai oleh seniman saja, tetapi setiap individu memiliki bakat dan naluri atau jiwa seni ini bersifat alamiah. Seniman dan masyarakat harus berinteraksi dalam membicarakan dan mengapresiasikan masalaah masaalah kesehariannya dalam ruang lingkup seni. Masyarakat diharapkan dapat berbicara dan memberikan masukan kepada seniman karena seniman dalam mencipta sebuah karya disamping untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pada akhirnya suatu karya seni yang dihasilkan dapat lebih baik.


2.     Seni untuk memenuhi kebutuhan sosial.
·         Fungsi sosial seni dibidang agama
Pada bidang agama seni memiliki fungsi sosial terutama yang berkaitan dengan tempat peribadatan. Faktor artistic pada tempat – tempat peribadatan sangat diperlukan, salah satunya untuk member suasana sejuk, damai, indah, berwibawa, agung suci agar dapat membuat umat agama lebih betah untuk beribadah.
·         Fungsi sosial seni dibidang pendidikan
Setiap bangsa selalu mengharapkan masyarakatnya mempunyai budi pekerti yang luhur. Salah satu cara pencapaiannya adalah melalui pendidikan seni baik secara formal ataupun nonformal, oleh karena itu pendidikan seni dapat menimbulkan pengalaman estetika bahkan pengalaman etika bagi setiap orang. Penglaman ini sangat penting sebab diharapkan dapat memberikan fungsi sosial bagi setiap orang manakala nilai tersebut diaktualisasikan ditengah masyarkat.
·         Fungsi sosial seni dibidang komunikasi
Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan masnusia lain menggunkan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif, mudah dan cepat untuk dimengerti. Namun begitu bahasa memiliki keterbatasan karena tidaklah mungkin semua orang menghafalkan semua bahasa yanga ada. Oleh sebab itulah dibutuhkan bahasa yang universal; bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut, misalnya Affandi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh pelosok dunia melalui lukisannya, Shakespeare dapat berkomuniikasi dengan puisi-puisinya dsb. Tampaknya seni menjadi efektif membantu orang untuk berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasan bahasa verbal maupun perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni manusia dapat berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya serta melalui seni kita dapat mengenal budaya bangsa lain.
·         Fungsi sosial seni dibidang rekreasi
Kejenuhan sesorang karena aktivitasnya sehari-hari membuat sesorang membutuhkan penyegaran diri misalnya diwaktu hari libur mengunjungi tepat-tempat rekreasi obyek wisata (rekreasi alam).Seni juga dapat dijadikan sebagai benda rekreasi misalnya seni teater, pagelaran musik, pameran lukisan, pameran bonsai. Seni sebagai benda rekreasi adalah seni yang mampu menciptakan suatu kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan dari kondisi yang telah ada. Di era globaliasai ini kehadiran seni menadapatkan perhatian yang sangat serius dari banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai ekonomi/ bisnis )

C.   Filosopi seni dan keindahan

Keindahan mengisi beragam dunia dari mikrokosmos sampai pada makrokosmos. Tema kosmo mengandung pengertian tertib sebagai lawan kata chaos “R.E.Berennan menyatakan bahawa seni keindahan itu berada pada ketertibannya, pada pesona susunan dari seluruh bagiannya, dan pada sifat kegenapannya. Keindahan itu berada pada deburan ombak yang memecah, berada pada gemericik air yang mengalir, berada pada  kelap kelipnya bintang dan contoh – contoh lain tidak terhingga banyaknya. , Sejumlah contoh keindahan di dalam alam dan budaya keidupan dan penghidupan masyarakat itu membekas dalam diri – diri seniman. Timbullah poses peniruan alam dalam dirinya dan dalam rangka berkomunikasi dengan sesamanya maka terciptalah seni lukis, seni pahat, seni sastra, seni music dan sejumlah seni lainnya. Setiap seni menyampaikan pesan dengan masing – masing  cara sesuai dengan karakteristiknya.  Ada penikmat yang dapat membaca pesan itu, ada yang belum, tergantung pada kepekaan seni dan keindahan dalam dirinya. Keindahan dapat mengundang keharuan betapa tidak setiap yang indah memiliki ketertiban, setiap yang tertib penuh dengan informasi, sesuatu yang penuh dengan informasi memiliki spektum yang luas berkomunikasi dengan ciri – ciri manusia sensibilitasnya. Dalam ciri – ciri manusia telah terakumulasi sejumlah memori dari yang manis sampai yang pahit, memuaskan sampai mengecewakan, menyelamatkan sampai mencelakakan dan space – space lainnya berdasarkan spectrum pengalaman hidupnya.
selain memori – memori dalam diri manusia tersimpan pula angan – angan yang dari subjek penikmat seni, maka gejala penyesuaian itu membangkitkan resonansi dalam diri – diri manusia. Gejala resonansi ini ternbangkit karena frekuensi getar dari objek seni yang persis sama, maka melalui empati dan simpati, dapat saja siapapun yang mendengarkan cerita bersambung dari radio, atau melihat sinetron dari TV, atau menghayati cerita sinrilik, atau pakkacaping yang memaparkan tokoh datu museng dan maipah akan trenyuh sambil meneteskan air mata. Akan tetapi keindahan bagi masing – masing orang terkadang apresiasinya tergantung dari pribadi yang bersangkutan sebab sesuatu dapat dikatakan indah namun orang lain mengangappnya tidak indah, demikian pula sebaliknya. Misalnya orang yang melukis melalui bahan yang dimuntahkannya dan ini jarang orang yang dapat melakukannya pada kondisi ini orang dapat bertanya dimana nilai seninya?. Bagi yang memuat karya lukisan ini terlepas dari bahan dasar yang dipakainnya melukis, menurutnya hasil karyanya indah bahkan unik namun bagi orang lain mungkin malah menjijikkan sehingga untuk melihat saja tidak mau apalagi menikmati seninya.   

D.   Apresiasi seni dan keindahan
 Pengertian apresiasi.
Apresiasi asal kata dari bahasa inggris, “apretiation”yaitu suatu kegiatan untuk melihat, menonton, menikmati, menilai, dan menghargai suatu karya seni. Apresiasi dapat dilakukan oleh siapa saja, dan pada berbagai cabang seni. Penghargaan, dan penilaian dalam apresiasi tergantung tingkat pemahaman masing-masing individu, misal: untuk dapat menikmati lukisan abstrak seseorang perlu memiliki pengalaman seni lukis abstrak, sehingga simbol-simbol yang diungkapkan melalui media karya seni abstrak dapat dinikmati. Bagi seseorang yang tidak memiliki pengalaman seni abstrak tak akan mampu menikmati keindahan yang terkandung dalam seni lukis abstrak.
Kegiatan apresiasi perlu dilakukan oleh seorang seniman, hal itu berguna menambah pengalaman estetis sebagai bekal mencipta suatu karya seni. Makin banyak menikmati suatu karya seni memperbanyak wawasan seni seseorang. Apresiasi seni akan memunculkan ide atau gagasan untuk mencipta suatu karya seni, sehingga kegiatan apresiasi ini dikelompokkan aprsiasi kratif. Ide atau gagasan yang dimunculkan oleh seorang seniman sangat dipengaruhi pengalaman dalam berapresiasi, meskipun pengalaman itu tidak dominan. Penciptaan suatu karya seni banyak dipengaruhi berbagai faktor.
Pentingnya apresiasi seni dalam penciptaan suatu karya, maka seorang seniman diharapkan memiliki kesadaran melihat, menonton, menikmati setiap ada pertunjukkan, pameran, terhadap karya seni. Hal tersebut untuk memperbanyak ide atau gagasan untuk berkarya seni yang memiliki kualitas tinggi.

 Apresiasi Kreatif
Kegiatan apresiasi akan menambah pengalaman estetis seseorang, sudah barang tentu pengalaman estetis yang diperoleh akan mempengaruhi perasaan estetis. Pengalaman estetis yang dimaksutkan misal: menonton berbagai paduan warna dalam seni lukis akan mempengaruhi kegiatan seseorang yang berkaitan denganpaduan warna. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, apresiasi kreatif adalah suatu kegiatan apresiasi terhadap suatu karya seni, dapat memunculakan berbagai ide/gagasan untuk berkarya seni.
Seberapa besar pengaruh apresiasi terhadap penciptaan suatu karya seni tidak dapat diukur secara konkrit, karena keindahan seni sifatnya subyektif. Oleh karenanya masing-masing individu berbeda-beda penilaian dan pengaruhnya dalam aktivitas seni lainnya. Pengalaman estetis diperoleh melalui kegiatan apresiasi maupun kegiatan berkarya seni.
E.   Kesadaran berkesenian dan management seni
Dalam berbagai perhelatan berkesenian apapun bentuknya baik seni rupa, seni suara, seni tari, teater, tradisi, seni musik dan lain sebagainya di daerah Sumbar pada tahun-tahun terakhir ini telah mampu memperlihatkan geliatnya. Pasalnya para penggiat seni banyak berusaha mengusung konteks keseniannya masing-masing dengan intens, namun masih menganut pola berjalan sendiri-sendiri atau bersifat intern kelompok/komunitas seni mereka saja. Artinya yang dilakukan seniman-seniman tersebut baru berada pada tahap presentasi (penampilan) bukan untuk sebuah bargaining position (posisi tawar) pada tahap sosiokultural secara wajar dan dinamis, termasuk sisi kesejahteraan seniman dalam materi sebagai umpan balik dari kegiatan itu.
Bila dikaji lebih jauh permasalahan ini menandakan bahwa jalannya berkesenian di daerah ini masih sangat jauh dari manajemen seni yang benar-benar mencitrakan integritas profesionalitas seniman. Hampir-hampir di banyak kesempatan pengelolaan even berkesenian dipegang atau dijalani sendiri oleh kelompok/komunitas seni yang bersangkutan. Kadang kala dari hal demikian sering terjadi kesemrautan dalam pengelolaannya yang akhirnya menyebabkan terjadi pemiskinan terhadap kiprah seniman yang bersangkutan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga masyarakat memandang seni dan seniman bersangkutan seperti angin lalu saja atau tidak bermutu.
Bukan hanya itu saja, masalah lainpun menerpa alam berkesenian Sumbar yang tak kalah ruwetnya adalah ketergantungan dan keterbatasan seniman di segala aspek baik finansial, kompetensi, eksistensi, dll. Hal ini bukan saja menjadikan seniman sangat terbatas ruang geraknya tapi banyak sedikitnya turut mempengaruhi independensi seniman dan maju-mundurnya seni itu di masyarakat.
Karena dalam setiap pemunculan karya-karya seni seniman, banyak yang hanya menunggu even dari donasi pemerintah lewat Taman Budaya, kampus seni, even dari fihak swasta yang bersifat non profit/hibah, dan undangan-undangan dari pihak-pihak yang berminat terhadap mereka (mengisi acara tertentu), dan lain sebagainya. Sangat jarang kita melihat dilapangan seniman betul-betul independen menunjukan eksistensi dirinya, dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Artinya seniman yang bersangkutan memperlihatkan profesionalitasnya sebagai bagian dari dinamika seni secara luas (makro) dalam kehidupannya. Tanpa adanya dukungan manapun ia tetap eksis dan konsisten berkarya dan mempromosikan dirinya. Konsekuensi ini merupakan cerminan sebuah sikap profesionalitas yang benar-benar terlahir dari jiwa yang paling dalam sebagai seniman.
Maksudnya adalah seniman bergerak dalam berkesenian memiliki sebuah pola manajemen seni yang mampu berperan strategis dan dinamis menjawab semua tantangan dan segala kemungkinan terhadap usaha mempertahankan eksistensi diri dan kesinambungan berkarya. Untuk mewujudkan hal itu, maka seniman mesti bersinerji dengan berbagai fihak yang mau dan mampu memperjuangkan atau membangun seni untuk kemajuan bersama lewat kerja sama saling menguntungkan satu sama lain dengan memperhatikan aspek-aspek yang berlaku sesuai peran masing-masing.
Manajemen seni yang profesional dengan aplikasi yang tepat tentu akan berfungsi mengatur lalu lintas berkesenian dengan baik, terarah, dan profesional. Akibatnya posisi seni dan seniman dengan sendirinya akan terdongkrak ketingkat terhormat dan penting baik ditingkat wacana maupun sosiokultural.
Tanpa manajemen seni yang profesional akan menyebabkan dinamika seni tersebut berjalan ditempat atau mandul dalam pergerakannya dan sulit mensejahterakan seniman-seniman secara materi. Konsekuensi ini akan sangat mempengaruhi arus perubahan dinamika berkesenian dari waktu ke waktu. Karena seniman dalam berkesenian lebih banyak berkutat pada rasionalitas dirinya sendiri yang sangat membelenggu gerak langkah mereka, seperti bagaimana berkarya, mempromosikannya, bagaimana karya tersebut dapat menghidupi mereka dan lain sebagainya.
Kenapa bisa demikian?. Pertanyaan ini pantas kita ajukan agar bisa dicarikan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui kebanyakan seniman daerah Sumbar terlahir bukan dari sebuah pilihan profesi. Maksudnya adalah seniman-seniman di Sumbar belum sepenuhnya menjadikan berkesenian sebagai profesi (pekerjaan) yang memberikan kehidupan seperti lazimnya seniman-seniman luar negeri atau di daerah Jawa yang mampu mencerahkan kehidupan mereka seutuhnya.
Walaupun hal itu membungkus kesenian daerah ini, tapi sisi positif yang dapat dicermati dalam pergerakannya banyak seniman yang bersungguh-sungguh memperjuangkan seninya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri dan kehidupan mereka. Hal ini banyak dibuktikan dengan secara berkala seniman-seniman itu mempromosikan diri dan karya-karyanya dengan berani serta percaya diri seperti lazimnya yang terjadi di daerah lain. Biar belum bisa dijadikan sebagai sandaran hidup, mereka tetap berkarya dan tampil dimana-mana sebagai bentuk aktualisasi mereka sebagai seniman.
Realitas yang unik ini sudah sangat biasa terlihat di ranah berkesenian Sumbar. Seniman Sumbar dilapangan betul-betul teruji dan mumpuni menerobos segala rintangan serta hambatan yang membatasi dinamika mereka dalam berkesenian, walaupun belum dikelola dengan manajemen seni yang baik.
Gejala lain yang terkadang menjebak seniman dalam sosialisasi ditengah-tengah masyarakat adalah banyak seniman yang beranggapan bahwa diri dan seninyalah yang lebih baik dari yang lain (egoistis yang tidak dikelola dengan baik), terkadang mereka turut menjaga jarak dengan masyarakat dengan anggapan bahwa mereka merupakan makhluk ekslusif.
Padahal dalam berkesenian apapun bentuk seninya seseorang semua sama saja tanpa ada pembedaan satu sama lain dan keberadaan mereka tanpa dukungan dari masyarakat tidak ada artinya sama sekali. Dan kadang dalam alam berkesenian dan kehidupan semua seni bisa saja tergabung menjadi satu atau berkolaborasi yang mana satu sama lain saling memperkuat integritas masing-masing.
Untuk menjadikan seni Sumbar maju dan berjaya tentu semua hal-hal yang bertentangan dengan usaha itu harus diperbaiki secara mendasar (secara keseluruhan) seperti; perilaku seniman, manajemen seni yang mengatur seluruh kegiatan seniman, komponen-komponen seni yang ada sebagai sinerji antara seniman dengan masyarakat, dan cara berfikir atau sudut pandang masyarakat terhadap seni itu sendiri (apresiasi, wacana dan skeptisme terhadap seni). Sebab tanpa adanya sebuah upaya yang nyata mengarah kesana dipastikan seni Sumbar akan tetap dipandang seperti yang sudah-sudah yakni biasa-biasa saja atau malah keberadaannya tidak penting sama sekali.
Seni, seniman dan masyarakat adalah jalinan yang utuh mendudukan seni sebagai sebuah cerminan peradaban bersama yang dipandang tinggi dan bernilai. Dengan manajemen seni yang bagus harapan seni menjadi sebuah cerminan peradaban yang menentukan perubahan sosial dan budaya dapat terwujud sebagaimana yang kita harapan bersama.
Dalam manajemen seni terangkum segala konsekuensi arah dan tujuan serta tanggungjawab integral dari seluruh unsur-unsur seni (seniman, pengelola, pengamat, dll) yang ada sesuai kapasitas masing-masing. Artinya semua unsur tadi dapat berjalan bersinerji sesuai dengan kompetensi dan integritas masing-masing tanpa harus menguasai satu sama lain atau tidak saling merugikan. Pengaturan lewat manajemen seni akan merekat keutuhan berkesenian dengan kuat, baik dan profesional.
Manajemen seni merupakan sebuah tata nilai yang menjadi payung seniman dalam kiprah-kiprahnya. Dengan melibatkan manajemen seni dalam berkesenian diharapkan jalan berkesenian dapat berjalan harmonis, positif dan dinamis. Karena manajemen seni telah mengatur dan meng-update semua permasalahan berkesenian mulai dari hulu hingga hilir termasuk masalah kesejateraan seniman.
namanya manajemen seni ini. Banyak diantara kita yang mengabaikan tentang manajemen seni dalam beraktivitas berkesenian baik individu maupun kelompok atau komunitas. Dan diperparah lagi ketiadaan arah yang jelas dari jalannya berkesenian secara makro (menyeluruh) yang mana terkesan seni dan berkesenian hanya milik pribadi, kelompok, atau daerah tertentu (Kab/Kota) saja. Sehingga seni itu hanya berkembang diseputar lingkungan dimana ia tumbuh saja dan seniman penggeraknya dalam berkesenian hanya menjalankan hobi atau kesenangan semata bukan sebuah kerja profesi.
Pemikiran inilah yang menyebabkan kehidupan berkesenian di Sumbar memperlihatkan sulit mencapai kemajuan maksimal diseluruh aspek. Artinya seni hanya menjadi suguhan yang tidak membawa arti dan perubahan apa-apa kepada masyarakat, apalagi mendudukan seni sebagai sebuah profesi yang bergengsi tentu akan sangat jauh dari harapan.
Hal ini senada dengan pendapat kepala Taman Budaya Sumbar Asnam Rasyid dalam penyelenggaran workshop manajemen seni pertunjukan di Taman Budaya tanggal 24-26 Maret baru-baru ini, “Bahwa komunitas-komunitas seni (25 komunitas seni Kota/Kab yang diundang) di Sumbar banyak yang tidak dikelola dengan manajemen seni dalam kiprah-kiprahnya.
Apa yang menyebabkan ketiadaan manajemen di dunia seni Sumbar, apakah kesenian masih belum menjanjikan secara finansial atau memang betul-betul belum sampai pemikiran untuk kesana, dikarenakan SDM yang tidak ada dan sangat jauhnya kontribusi pihak-pihak yang menggarap kesenian sebagai aset komersial. Atau memang seniman-seniman itu sendiri dan komponen-komponen yang bertanggungjawab terhadap itu sengaja menggabaikan atau tidak peduli sama sekali.
Nah, ini perlu kita pikirkan bersama bagaimana ke depannya manajemen seni mampu berperan sebagai pegangan/pedoman yang memayungi seniman dan karyanya secara profesional. Selain itu bagaimana menjadikan seni tersebut bagian terpenting dalam realitas sosiokultural yang sekaligus dapat dianggap sebagai profesi yang bergengsi. Dan harapannya akan membawa perubahan yang signifikan pada dinamika seni Sumbar yang mulai dilirik sebagai pusat baru seni Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar